Day 52 : Menunduk Sejenak: Meresapi Nikmat yang Sering Terlupakan

Pernahkah kamu berhenti sejenak di tengah kesibukan dan bertanya, "Apa yang sudah aku syukuri hari ini?" Kalau belum, mungkin ini saat yang tepat untuk melakukannya. Ada banyak hal kecil yang sering kita anggap biasa, padahal bisa jadi itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain. Gambar di atas menyampaikan pesan yang mendalam tentang hal ini.

Lihat saja, seorang bapak pemulung yang dengan penuh semangat mendorong gerobaknya di tengah panasnya terik matahari. Di gerobaknya, tertulis sebuah kalimat yang cukup menggelitik hati: "Sampahmu, Hidupku". Ya, sampah yang kita buang dan anggap tidak berguna justru menjadi sumber penghidupan bagi orang lain.

Di kehidupan modern ini, kita sering terjebak dalam siklus membandingkan diri dengan orang lain. Apalagi di era media sosial, di mana semua orang terlihat memiliki hidup yang sempurna. Namun, seperti kata bijak yang terpampang di gambar itu, "Menunduklah ke bawah agar kamu tahu seberapa beruntungnya kamu saat ini."

Ketika kita terus menerus melihat ke atas melihat mereka yang lebih sukses, lebih kaya, lebih bahagia (atau setidaknya terlihat begitu) kita lupa bahwa ada banyak orang yang menjalani hidup dengan perjuangan yang mungkin belum pernah kita rasakan. Seperti bapak pemulung ini, yang sehari-harinya bekerja keras mengumpulkan barang bekas dari sampah kita untuk menyambung hidup.

Coba pikirkan, berapa kali kamu mengeluh karena pekerjaan yang menumpuk, atau karena hal-hal kecil yang tidak berjalan sesuai rencana? Padahal, hal-hal yang kamu anggap sepele mungkin adalah impian bagi orang lain. di luar sana ada banyak orang yang bahkan berjuang keras hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.

Bersyukur tidak melulu tentang hal-hal besar. Kadang, sesuatu yang sederhana seperti bisa makan tiga kali sehari, memiliki tempat tinggal yang layak, atau bahkan memiliki waktu luang untuk duduk dan menikmati secangkir kopi, sudah lebih dari cukup untuk disyukuri. Tidak semua orang memiliki kemewahan yang sering kita abaikan itu.

Bersyukur itu bukan tentang apa yang kita punya, tapi tentang bagaimana kita menghargainya. Semakin kita bersyukur, semakin kita merasa cukup. Seperti pepatah lama, "Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tapi bersyukurlah yang membuat kita bahagia."

Jadi, mari belajar untuk lebih sering menunduk dan melihat ke bawah. Bukan untuk meremehkan orang lain, tapi untuk menyadari bahwa hidup kita sebenarnya sudah lebih dari cukup. Bahwa kebahagiaan itu ada di sini, dalam hal-hal kecil yang mungkin belum pernah kita perhatikan sebelumnya.

Komentar