Day 50 : Pengalaman Seleksi dan Perjalanan di Liga Topskor Greater Jakarta

Pada suatu hari di tahun 2022, saya bersama teman saya, Fathir, mengikuti seleksi tim sepak bola Tunas Gunung Putri yang berlokasi di Bogor. Seleksi ini merupakan bagian dari persiapan menuju Liga Topskor Greater Jakarta, sebuah kompetisi sepak bola bergengsi bagi pemain muda di wilayah Jabodetabek. Seleksi tersebut berlangsung dalam tiga tahap, menggunakan metode seleksi game play, di mana kemampuan setiap pemain diuji melalui pertandingan.

Sebelum seleksi dimulai, saya sempat meminta izin kepada orang tua untuk mengikuti proses tersebut. Namun, orang tua saya sempat merasa khawatir mengenai jarak lokasi latihan. "Apa nggak kejauhan nanti latihannya?" tanya mereka dengan nada ragu. Dengan percaya diri, saya menjawab, "Enggak kok, kan bareng Fathir." Kebetulan, Fathir adalah teman dekat saya yang juga ikut dalam seleksi ini, dan bersama-sama, kami merasa yakin bisa mengatasi tantangan jarak.

Setelah melalui proses seleksi yang ketat, Alhamdulillah saya dan Fathir dinyatakan lolos. Kami berdua sangat senang dan bersemangat menjalani latihan perdana. Di latihan pertama, kami tidak berangkat sendiri. Kami kerumah teman kami, Popoh (Arif), yang berangkat menggunakan mobil. Kami harus pergi ke rumahnya terlebih dahulu yang berada di Dukuh Bima, karena latihan kali ini diadakan pada hari Sabtu, dimulai pukul 8 pagi hingga 10 pagi. Ini menjadi awal dari perjalanan panjang kami dalam kompetisi Liga Topskor.

Pertandingan pertama kami berhasil kami menangkan. Meskipun kemenangan ini memberi semangat, pelatih mengingatkan bahwa masih banyak yang perlu dievaluasi untuk pertandingan berikutnya. Perjalanan tim kami menuju tahap yang lebih tinggi dalam kompetisi tidaklah mudah, dan latihan demi latihan terus kami jalani dengan tekun. Saat memasuki pertengahan musim, saya dan Fathir memutuskan untuk tidak lagi berangkat latihan bersama Popoh. Kami merasa tidak enak jika selalu bergantung pada orang tuanya untuk mengantar. Selain itu, jadwal latihan sering bentrok dengan kewajiban sekolah saya, sehingga saya harus berangkat agak terlambat. Setelah pulang sekolah, saya langsung pergi ke rumah Fathir, berganti baju dari seragam sekolah ke pakaian latihan, lalu berangkat bersama-sama ke tempat latihan.

Tidak jarang kami kehujanan saat perjalanan menuju atau pulang dari latihan, apalagi saat latihan dilakukan di sore hari. Namun, hujan bukanlah alasan bagi kami untuk berhenti. Saya dan Fathir tetap semangat menghadapi setiap tantangan, karena kami menyadari bahwa ini adalah bagian dari pengorbanan yang harus kami jalani untuk mencapai impian bermain sepak bola di level yang lebih tinggi. Untungnya, orang tua dan teman-teman kami sangat mendukung. Saya sering diberi ongkos tambahan untuk membeli bensin dan makan di jalan. Dukungan ini membuat saya semakin bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang selalu baik dan peduli dengan saya.

Seiring berjalannya kompetisi, tim kami berhasil melewati berbagai pertandingan yang berat hingga mencapai babak semifinal. Namun, di partai semifinal, kami harus menelan kekalahan pahit melalui adu penalti. Saat itu, pertandingan berlangsung di malam hari di ASIOP Training Ground, Sentul. Kekalahan ini tentu membuat kami kecewa, tetapi kami tidak patah semangat. Masih ada kesempatan untuk merebut tempat ketiga, dan kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Pada pertandingan perebutan tempat ketiga, meskipun pertandingan berjalan sangat sengit, kami akhirnya berhasil meraih kemenangan. Sekali lagi, kami menang melalui adu penalti. Kemenangan ini terasa sangat berharga, meskipun hanya mengantarkan kami ke peringkat ketiga. Saya merasa bangga karena tim kami telah berjuang sekuat tenaga sepanjang kompetisi.

Walaupun hanya meraih juara ketiga, pengalaman ini memberi banyak pelajaran berharga. Bermain melawan tim-tim dari luar Kabupaten Bekasi membuka wawasan saya tentang bagaimana tingkat persaingan sepak bola di luar wilayah kami. Saya juga belajar banyak tentang konsistensi dan komitmen. Jarak yang jauh ke tempat latihan dan keharusan untuk tetap menjalani kegiatan sekolah sebelum berangkat latihan mengajarkan saya untuk mengelola waktu dengan lebih baik. Saya harus rela mengorbankan waktu untuk bermain dengan teman-teman di sekitar rumah.

Namun, semua pengorbanan tersebut terbayar. Selain meningkatkan kemampuan bermain sepak bola, saya juga berhasil menambah banyak teman dari berbagai daerah. Pengalaman ini memperkaya hidup saya, bukan hanya dalam hal keterampilan bermain, tetapi juga dalam hal memperluas jaringan pertemanan dan meningkatkan kedewasaan diri.

Saya merasa bersyukur atas setiap kesempatan yang datang, atas dukungan orang tua, teman-teman, serta tim pelatih yang terus membimbing kami. Pengalaman mengikuti Liga Topskor ini tidak hanya menjadi cerita tentang kemenangan dan kekalahan di lapangan, tetapi juga tentang perjalanan hidup yang penuh dengan pelajaran berharga, serta menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah menyerah pada impian mereka.

Dokumentasi : 





Komentar